SELAMAT DATANG DI DUNIA IMAJINASI[1]

Minggu, 06 Maret 2011



―amin bashiri[2]

persoalan dunia imajinasi: sebuah pendahuluan
berbicara tentang imajinasi merupakan perbincangan yang cukup menarik manakala kita mencoba memasuki ruang yang lebih berbau sastra, lebih mendominasi hal-hal yang bersifat fantasi lebih tepatnya bersifat hayal. dunia imajinasi lebih endekati pada dunia fiksi, dunia tulis-menulis—sastra utamanya, bicara soal imajinasi adalah membicarakan tentang pola penegmbangan kalimat yang berasal dari kenyataan menjadi suasana hayal penuh fantasi.  ada semacam pemikiran awal pada diri saya ketika berbicara tentang imajinasi

pertamapengembangan dari realitas
pengembangan yang dimaksud adalah cuplikan realitas yang seringkali kita alami merupakan cuplikan kisah yang tidak panjang, dan itu adalah hal yang biasa. alasan pengadopsian  terhadap realitas tersebut berdasarkan bahwa kita mampu mengembangkannya. suatu misal: hujan merupakan hal biasa yang seringkali kita lihat, kita rasakan bahkan kita alami bersama, namun imajinasi telah membuat hujan tersebut berubah, sesuai dengan perspektif atau sudut pandang masing-masing. ada yang merubahnya menjadi suasana indah, bahkan ada yang merubahnya menjadi suasana menyedihkankan..

langkah kaki-kaki hujan gemeretak memanjati kulit jendela  kian menjadi,
lebat yang gigil mengabarkan bahwa sebentar lagi badai akan datang menyapa dengan sapuan di halaman rumah kita_entah, sebelum atau sesudah aku mengingatmu sebagai kenangan terakhir waktu ini
------------------------------------------------------
apa yag harus ku lukiskan dengan warna hujan yag mengarungi dingin tubuhku?
haruskah aku memeluk potretmu sesekali sebagai penawar kantuk dan gelisah hari ini?
duhai, indah nian wana hujan yang berjatuhan, kita seperti berlari dan tertawa memunguti bulir-bulir airnya

bisa kita lihat bahwa daya imajinasi merupakan kekuatan yang amat dahsyat, dalam satu kalimat atau bahkan satu episode yang terekam hanya dalam beberapa detik mampu menjadi ringkasan suasana yang begitu hebat. hal ini merupakan bukti bahwa imajinasi merupakan pengembangan dari realita yang biasa menjadi luar biasa.

kedua—kepekaan batin
seorang penulis (sastrawan) utamanya tidak lepas dari dunia imajinasi yang terus ia bangun dengan tujuan menyempurnakan apa yang ia tangkap dari relaitas yang ditemuinya. hal ini tentu bukan pekerjaan yang mudah, sebab dalam menjelajah dunia imajinasi perlu kepekaan batin yang memang benar-benar peka. peka terhadap keadaan sekitar, realitas sosial dan mampu menangkap sesuatu ynag masih tersembunyi di balik layar, artinya dengan kekuatan iamjinasi, kita mampu mengungkapkan realitas yang bersifat semu (bisa terjadi dan bisa tidak) atau lebih konkritnya bisa meramalkan keadaan misalnya:
 kelak (sama seperti waktu hari ini) kita akan membangun rumah setengah tua, kursi dan meja pojok di ruang tamu, kasur dikamar dan meja rias disampingnya, meja tempatmu merias wajahmu, wajahku dan wajah anak-anak kita”.
ketajaman imajinasi yang seperti ini sangat memerlukan kepekaan batin yang memang benar-benar terlatih, artinya batin kita benar-benar bisa merasakan dan mengkondisikan realitas yang kita terima sehingga mampu menciptakan daya sihir tersendiri ketika orang lain membaca tulisan kita.

dan ketiga—dusta dan hiperbola bahasa
Radhar Panca Dahana ,judul salah satu bukunya adalah ”dusta dan kebohongan dalam sastra” penegasan tersebut berawal ketika sastra dipandang terlalu membesar-besarkan masalah. dari masalah kecil melalui kekuatan imajinasi menjadi masalah yang besar. namun di tengah pergulatannya, dia memberikan pembelaan bahwa kebohongan yang terdapat dalam karya sastra merupakan jalan yang akan menunjukkan kebenaran sebenarnya. disini, imajinasi berperan sangat aktif dalam pembentukan karakter dalam tiap kalimat karya sastra yang dipandang terlalu ”hiperbola” atau membesar-besarkan masalah. imajinasi berperan sebagai peran yang membantu meledaknya kalimat dalam karya sastra, sekaligus berperan sebagai  pemeran utama dalam terbentuknya kalimat dalam karya sastra. ketika ada penuduhan bahwa sastra merupakan dusta dan kebohongan yang disengaja, maka peran dan kekuatan dari imajinasi sendiri itulah yang mampu memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

sebagai penutup: bacalah dan selamat datang di dunia imajinasi!
―di akhir, saya katakan bahwa kita punya kemampuan menulis,kepekaan batin dan di tuntut untuk mempunyai ketajaman imajinasi tentunya karena kita mampu melakukan semua itu, dan kita mampu karena kita punya ”sesuatu” sebagai bahan bakar untuk menjalankannya. mengasah semua kemampuan itu berawal dari membaca, kekuatan membaca akan membangkitkan kekuatan-kekuatan lain yang ada. untuk itu saya katakan bacalah, seperti sabda pertama tuhan kepada nabi muhammad Iqra`  maka kita  harus juga mmebaca. belajar dari situ bahwa ternyata dengan membaca kita akan semakin tahun, tingkat ketajaman imajinasi kita dalam mengolah suatu masalah, bagaimana setiap hari kita akan melihat dan membaca produk dari orang lain yang tentunya mungkin lebih senior dari kita dengan karyanya telah membuktikan hal itu. maka, dari sini mikta bisa tahu bahwa ternyata dengan membaca akan lebih mudah dan luas membuka jendela untuk dunia.

 selamat membaca, dan selamat datang di dunia imajinasi— wassalam..

Soklancar,  minggu dini hari pada jam 00.30 tgl 31 Agustus 2009




[1] disampaikan dalam acara ”tadarus sastra” di kampus STITA Sumenep tgl 31 Agustus 2009 dalam rangka agenda tahunan  LKSB Pangestoh Net-Think Community
[2] penulis, penjab litbang LKSB Pangestoh Net-Think Community

0 komentar:

Posting Komentar