PUISI AMIN BASHIRI

Minggu, 06 Maret 2011

SAJAK TULANG BELULANG

hanya tinggal tulangku yang belum retak
di musim itu
saat matahari terik memanggang seluruh nafas dan sisa liur di tenggorokan
kau masih aja berdesakan mengikuti apa kata angin.
padahal sebentar lagi badai, namun kau bersikukuh menginginkan waktu itu menjadi salju
apa kau tahu, setiap lekuk ukir yang kau baca sebagai pertanda itu adalah kegeglisahan yang sengaja ku tulis dalam wujud lukisan?

tulangku mungkin sudah baja
kau tempa, kau lumasi
kaku

Sumenep,  2010






SAJAK TULANG BELULANG 2

perempuanku,
aku lelah mebaca serat di mata awan yang nanar itu, selalu jika kita buka lembaran demi lembarannya, yang terlihat hanya pertikaian dengan segala macam  bengis yang tak kunjung reda. aku bingung dengan cara palagi semua akan berakhir.

konon kau adalah rusukku,
di tanah tak berakar yang banyak ditumbuhi pohonan,
matamu siluet menggariskan lengkung pelangi

Sumenep, 2010



SEMBILAN SITUS PUISI CINTA
-untuk uni

situs
(1)
akan ada pada suatu waktu
antara sejarah dan telapak-telapak itu
membekas kepak sayap  camar
sebuah cerita, terdahulu

situs
(2)
mungkin,
beberapa hari lagi, disini
akan ada pesta angin sakal
semeriah lingkar purnama

situs
(3)
bisa saja sajakku hangus
atau hilang, berbekas
susut kepul seperti asap unggun
yang kita buat

situs
(4)
ada batu, tanah, kerikil dan air
ada pohon dan jalan-jalan
ada ranting patah karena retak
ada daun gugur tanpa hembus

situs
(5)
yang menjadi catatan pada awal pertama dalam buku itu
adalah kau dan sejarahmu
begitu bau angin yang menjamuku di samping rumahmu

situs
(6)
apa yang mesti aku tulis?
jika setiap kali tubuhku juga beradu dengan laut
selalu saja yang lahir adalah air mata

situs
(7)
memahamimu seperti memahami asin garam
yang deras mengucur tanpa pamrih
batu-batu berpendar
pecah ribuan kali lebih dahsyat dari letupan matahari

situs
(8)
mata air yang mendidih
di kesiap sudut dekat tulang pelipismu
meronalah warna glossy
lipstik jaman besi

situs
(9)
bau jam dan keringat waktu
semakin tajam saja mengatakan
bahwa aku adalah anak yang lahir tumpukan karang

suara camar, debur juga ritme-ritme yang lain
aku pulang menggenggam harap
kau mengantarku sampai batas jalan ini
setidaknya, mengingat kembali apa yang pernah kita lewati
:lelampat dan mimpi-mimpi kita


Kombang-Talango, 15 Agustus 2010





ADA KARANG YANG MENANTI

Semisal cerita, aku pernah berjanji
:kau berhutang padaku, jika nanti kau tak mempertemukanku dengan laut, maka aku akan menagihnya, tidak di lain waktu. Tapi aku akan menunggu. Tak pulang bahkan mematungkan kaki, disini

Ada karang yang menanti, karena aku pernah berjanji kepadanya untuk kita jadikan sebagai tugu, dan prasasti tempat kita bercerita: paling tidak tentangmu yang aku tidak ketahui

Terlalu banyak jalan dan pahit manis serta jejal di tanah ini perempuanku, sekali lagi pada sejumlah bunga yang merajut pandang saat ku lewati batas buih di pulau itu, adalah rumahmu yang melambai mengucap salam. Mungkin sebagai jarak yang terlalu dekat untuk kutinggalkan simpul tangis di pipimu.

Kombang-Talango, 15 Agustus 2010




1 komentar:

Unknown mengatakan...

mari menanam lagi bang..........

Posting Komentar